Sabtu, 28 Februari 2015

Soundtrack Kos-Kosan

Baru kali ini saya begitu memperhatikan segala bebunyian di lingkungan kos-kosan. Di mulai dari sebuah lagu yang menggaung keras melalui speaker salah satu kamar tetangga. Yang diputar masih sebangsa sama dangdut-dangdutan. Entah karena orangnya emang suka atau emang cuma itu koleksinya. Seperti memancing, dan mungkin mengajak tanding. Yang di kamar atas pun (kayanya punya speaker yang lebih besar) ikut memutar tombol volume pol-polan. Lagunya gak salah-salah... soundtrack ala pete-pete (baca: angkot) bro!

Suara musik angkot di kamar atas mengalahkan lagu dangdut yang terseok-seok di kamar bawah. Jadilah satu jam berikutnya suasana bagai ada di dalam angkot walau sebenarnya cuma di dalam kamar. Semua ruangan dijejali musik DJ abal-abal (sorry...). Berikutnya – masih di kamar atas – gantian list lagu India. OMG! Saya tidak mengerti dengan seleranya.

Jadi teringat saat bulan puasa yang lalu. Di hari pertama sahur, kami kompak membuka pintu dan jendela. Suara kegiatan memasak mendominasi di setiap kamar. Salah satu kamar mulai bersiap dengan speakernya. Lantunan lagu Maher Zein jadi soundtrack di dini hari itu, ludes satu album. Asyik, ya?

“Kacang rebuuss...” suara ini mengacaukan lamunanku.

Dari dalam kamar saya bertanya-tanya, “Ada, ya, sekarang penjual kacang rebus keliling?” Ah, ternyata suara si kurus (saya agak tidak tega menyebutnya cungkring) tetangga kamar.

Disambut gelak tawa dari tetangga yang lain. Seperti ajang pencarian bakat Indonesian Idol, mereka yang lain ikut mencoba kebolehannya dalam hal tarik suara. Saya dari dalam kamar hanya jadi pendengar – mungkin juri.

“Ikkaaaann...”

“Sate pokeeaaa...”

“Googoooss...”

“Jaaguuunggg...”

“Nasi kuniiiiingg...”

Lalu terdengar suara clacksound motor khas penjual sayur, “Sayuuurr...”

Berikutnya bunyi sendok yang beradu dengan mangkuk, mungkin mewakili penjual syomai, bakso atau penjual roti. Ada juga yang bersiul mirip suara tema penjual es krim. Ada yang berdehem lalu bersalam pakai gaya penjual jam tangan. "Halo! Assalammualaikum..."

Aneh, sih. Tapi keren, kan?

Para tetangga sedang mempertunjukkan berbagai bebunyian yang sering lalu lalang di pintu-pintu kamar. Mereka bisa menirukan suara-suara itu nyaris sama dengan yang asli. Saya terharu, mereka punya bakat terpendam. Dari dalam kamar, saya hanya menyumbangkan tawa. Tergelak-gelak sendiri sambil guling-gulingan dan mukulin meja.

Begitulah berbagai suara yang sering kami dengar. Terkadang mengganggu, terkadang di tunggu-tunggu. Saya membayangkan, jika sehari saja tidak terdengar salah satu pun dari suara itu, kok rasanya jadi aneh, ya? Entahlah.

Bagaimana soundtrack di rumahmu?*ET

Tidak ada komentar:

Posting Komentar