Ashmora Paria (versi terbaru Garis Tepi Seorang Lesbian) karya Mbak Herlinatiens. Novel ini adalah novel pertamaku tentang gadis lesbian (entah bakal ada yang selanjutnya lagi atau gak). Ngeliat sampulnya aja aku udah kayak di sodok-sodok buat cepetan nyerobot novel itu dari raknya. Waktu itu untungnya lagi ada pesta buku murah di gramedia. Lumayanlah buat ajang nipisin dompet yang udah terlanjur tipis.
Di sini aku bukan mau ngasih sinopsis tentang novel ini. Sudah banyak soalnya yang ngasih sinopsis, search aja di mesin pencari Anda. Yang pasti novel ini menceritakan tentang sepasang kekasih bernama Ashmora Paria dan Rie Shiva Ashvagosha. Kisah cinta yang BENAR-BENAR TERLARANG! Aku akan lebih menjelaskan pada apa yang buat aku tertarik dengan kisah ini.
Dari desain sampul, ok. Dua siluet gadis berambut panjang dan sunset yang lagi-lagi buat aku klepek-klepek. Ditambah ranting-ranting pohon dan daun yang berguguran, oh, dramatis banget, (menurut aku, sih...). Ada juga bonus CD Soundtrack-nya. Nah, itu juga yang bikin aku kepincut. Maklum, demen sama yang berbonus, diskon, apa lagi gratis (hehe :D).
Ada tujuh lagu dalam CD itu. Yaitu; Seharga Dunia, Cerita Sang Malam, Sedih tak Bernama, Hari Bersamamu, Pertanda, Lamareta, dan Buatmu Kembali. Yang paling aku suka adalah Seharga Dunia. Begini nih liriknya:
Kaulah yang seharga dunia, bagiku...
Indahnya
membeli hidupku
Meski
bila seluruh daun-daun
Tulis
hatiku sbagai debu
Dan
betapapun sluruh mata di dunia
Menjadi
buta karenanya
Tak kan
ada yang menyangkal
Hanya kau saja yang seharga dunia
Reff: Tak
tersangkal hatiku padamu
Meski
langit runtuh dan menjadi debu hidupku...
Bila
musim mengganti hariku
Smoga
tak merubah putih di hatimu untukku...
Adem banget deh tuh lagu. Menurutku semua lagunya gak menjurus ke arah lesbi kok. Yang menyanyikan juga bukan sesama perempuan tapi sepasang laki-laki dan perempuan, yaitu Mohammad Syafi’i (Fi’i) dan Herlinatiens. Semuanya netral jadi jangan sungkan buat mendengarkan dan menyimpannya karena tetap bisa dinikmati bagi yang normal.
Ada juga kutipan kata-kata dari si tokoh Ashmora Paria yang aku suka banget, (mungkin karena ada hubungannya dengan kapal kali yaa.) “Buatku, lelaki tetap sama saja ibarat kapal. Mereka selalu asyik di samudra bebas. Mencari satu dermaga untuk menuju ke dermaga lain. Mereka akan menetap tinggal di satu dermaga bila telah rapuh. Ya. Jalan satu-satunya dibesituakan, bukan? Oh, kapal, mereka hilir mudik dari satu dermaga ke dermaga yang lain.” (coba tengok hal. 27-28). Ups, sorry buat para lelaki.
Satu kalimat lagi yang sering ditampilkan dalam novel ini, “Aku perempuan biasa yang terbiasa bisa.” Keren deh...
Sebenarnya tujuanku dari membaca novel ini adalah mengungkap rasa penasaranku tentang kehidupan para lesbian atau belok (sebutan lain para lesbian). Apa yang mereka rasakan dan bagaimana cara mereka menjalani dan menghadapinya. Dan ternyata... ckck, sedih banget ceritanya. Sakitnya itu lho...tertancap banget di hati. Bagai hunusan pedang es (jadi inget novel perahu kertas, sub bab: 6). Kalau udah baca novel ini baru tahu deh gimana perasaannya para lesbi yang biasa dikucilkan dengan perasaan yang “salah” menurut orang normal. Bagaimana terpuruknya mereka dengan rasa cinta itu. Mereka kan juga sebenarnya gak mau terjebak dengan rasa itu–posisi itu. Mereka jadi serba salah. Salut deh buat ketegaran Ashmora Paria. (y)
Dua jempol buat Herlinatiens yang udah mengemas novel ini
dengan apik. Tersampaikan banget rasa SAKIT yang bener-bener sakit dan rasa
CINTA yang benar-benar cinta... *ET
memang hidup sebagai pecinta sesama perempuan memang menyedihkan....kalau ga di hianati, ya dipaksa nikah... :'( . dan yang ku rasakan adalah ketika aku sudah menemukan yang paling berbeda dan yang paling mencintaiku ortu menuntutku untuk segera memiliki pasangan hidup yang ga lain adalah cowok :'( aku ga bisa hatiku ga bisa menerimanya tapi ibu, ayah... aku mencintai mereka :'( dan inilah resiko dan sisi hidup yang mau ga mau harus ku tanggung sekarang. dan untuk yang kucinta kau lah yang seharga dunia bagiku....
BalasHapusHai mbak, makasih sdh berbagi cerita. :)
Hapus