Hai...
Yang akan saya bahas
kali ini adalah tentang jarak dan komunikasi, jarak tanpa komunikasi, serta
komunikasi tanpa jarak. Ah, apa coba?
Memang tulisan kali
ini akan lebih membahas tentang LDRan. Ya, saya lagi ngejalanin LDR sama
someone special. E, cieee...
Saya persembahkan
tulisan ini untuk sahabat terbaik dan terawetku (tinggal kasih medali aja,
nih). Namanya Wa Ode Titi Ismawati. Panggilannya simple, Wati. Jadi inget
pelajaran bahasa Indonesia waktu SD kan? haha.
Saya lagi LDRan sama
dia. Sudah hampir dua tahunan tepatnya. Jangan tanya masalah jarak. Saya
tinggal di depan kampus UHO dan dia di Lepo-Lepo. Saya di Fisip, dia di Fkip.
Kalau anda bertanya, 'begitu doang disebut LDR?'.
Ya, memang benar.
'Alasannya?' karena kita jarang berkomunikasi, baik itu face to face maupun lewat sms, telphone, dan media sosial. 'Alasannya?' entahlah... mungkin kita sibuk dengan urusan masing-masing. Lihat saja kan? Di
zaman maraknya selfie, kita bahkan belum pernah berfoto bersama selama kuliah. Untuk foto di atas itu saja saya harus bekerja sama
dengan aplikasi photo grid. Hehe.
Terakhir kali saya
ketemu dia kalau gak salah pertengahan April. Dia menelephone dengan sok-sok
nanya "lagi di mana?" Padahal dia sudah stay di depan pintu kamar.
Senang sekali rasanya
dia datang tiba-tiba. Seperti adegan ketika kekasih memberi surprise di hari ultah dengan membawa
kue bertancapkan lilin dan diiringi lagu happy
birthday khas suaranya yang fals.
Ada dua pembahasan
utama di hari itu dengan waktu yang sangat singkat juga. Pertama, tentang kupon
bazarnya. Ya, kita bertemu karena kupon bazar. Sama yang pernah saya lakukan
padanya dulu. Intinya saya harus beli kupon itu. Haha. Terima kasih kupon
bazar, berkatmu kami dipertemukan kembali.
Yang kedua adalah
membahas perubahan-perubahan kami. Kita menjadi dua wanita yang saling bertukar
penampilan. Dia yang dulu berpenampilan 'balaki' (tomboi) sekarang ke kampus
harus pakai rok, kaos kaki, sepatu balet, dan baju yang tentunya wanita
abieszt.. (alay dikit).
Sedangkan saya yang
dulu penuh kelemah lembutan, femininisme, sekarang ke kampus harus pakai
celana, anti pakai rok. Berpadu dengan kemeja, tas ransel dan sepatu kets.
Tapi kalau ditanya
apakah kita nyaman? Tentu!
kita bagai menemukan jati diri yang selama ini dicari-cari. Kita sama-sama
sudah merasa nyaman dengan penampilan sekarang.
Sejak pertemuan hari itu, hari Sabtu 30 Mei kemarin kami baru saling menghubungi lagi, lewat chat Facebook. Ckckck....
LDR itu sebenarnya
bukan masalah jarak, tapi komunikasi. Sedekat apapun jarak itu kalau tetap tak
ada kabar, tentu jauh kan rasanya? Sedangkan yang jaraknya jauh tapi kalau
mereka memanfaatkan dengan maksimal berbagai media modern ini, tentu rasanya
dekat kan?
Intinya adalah kami
memang jarang berkomunikasi. Tapi tanpa perlu diikrarkan dan diingatkan
berulang-ulang, kami adalah SAHABAT tanpa perlu dipertanyakan kadarnya, apakah
berkurang atau bertambah.*ET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar