Adakah salah satu sudut dunia yang tak punya suara?
Ini kisahku...kisahku tentang satu jenis suara yang entah mengapa aku lebih
memilih untuk tak mendengarnya lagi.
Bukan suara deruman kendaraan bermotor yang terus-terusan memuntahkan asap
tak berguna. Bukan suara tukang ojek yang berkoar-koar menawarkan jasanya. Bukan
suara burung-burung di udara yang kalah merdu dengan palu besi yang menghantam
bongkahan batu. Bukan suara claksound yang saling bersahutan di sela suara
puluhan anak pengamen jalanan. Bukan suara para penjajak koran. Bukan suara
dari balik toa yang sedang berorasi. Bukan...!!
Suara itu tak lain adalah suara yang keluar dari seorang lelaki. Suaranya
tidak merdu juga tidak fals. Entah suara itu bagaimana, aku tak bisa
menjelaskan apapun tentang suaranya.
Apakah kau pernah rasa? Betapa hebatnya hal yang satu ini, ketika kau
mendengar orang yang kau suka untuk pertama kalinya menyebut namamu. Ya, suara
pertama darinya yang pernah aku dengar adalah ketika ia menyebut namaku. Saat
itu ku tahu aku langsung jatuh hati pada suaranya dan saat itu pula aku berani
bertaruh bahwa aku tak ingin mendengar suaranya lagi.
Cukup sekali itu saja. Jika diucapkan berulang kali, maka berulang kali
pula hatiku akan jatuh. Dan semakin sering aku jatuh, maka itu akan sangat
sakit dan bahkan menimbulkan luka. Jadi, dengan sederhana aku menyimpulkan,
bahwa... aku tak ingin mendengar suaranya lagi.*ET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar