Kunyahan ubi ungu bersaus madu sudah berhasil
kutelan. Dua detik kemudian saya tercekat. Untung saja ubi itu sudah tertelan
sempurna, andai masih sementara berada di tenggorokan, pasti saya akan
tersedak. Waktu itu saya sedang membaca novel Supernova: Partikel yang sudah
sampai di penghujung penghabisan. Ada kejutan di sana. Sama sekali tak kuduga!
Mungkin saya akan menceritakan sejarahnya dulu.
Partikel adalah serial Supernova ke empat (karya Dee). Saya punya yang lain.
Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh; Petir; dan Gelombang. Dari tiga novel itu,
Partikel adalah yang terakhir saya beli. Karena koleksiku awut-awutan,
membacanya pun jungkir balik. Tapi untungnya setiap seri punya cerita yang
berdiri sendiri, walaupun tetap ada yang saling menghubungkan antar buku.
Tinggallah Akar yang belum saya miliki.
Mungkin kamu bertanya, apa sih Partikel? Kenapa
judulnya Partikel? Di bagian akhir cerita juga saya baru tahu apa itu Partikel.
Partikel adalah unsur
terhalus dalam setiap benda.
Setelah membaca, saya bisa menilai. Petir dan
Partikel adalah seri yang paling mengesankan untuk saya. Berhubung kali ini
sedang membahas Partikel, jadi saya akan lebih fokus pada Zarah. Siapa itu
Zarah? Zarah adalah pemeran utama dalam Partikel. Selain itu, ada juga Fungi.
Siapa itu Fungi? Hehehe... saya ngaco. Kamu tahu kan kalau Fungi itu Jamur? Ok.
Apa hubungannya Zarah dan jamur?
Yang pertama sekali yang membuat saya tertarik
adalah kutipan seperti ini:
"Jangan pisahkan dirimu
dari binatang," pesannya. "Kamu lebih dekat dengan mereka daripada yang kamu
bayangkan," lanjutnya lagi.
"Biar apa, Ayah?"
"Biar kamu tidak sombong
jadi manusia." ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu ada kutipan lain yang juga masih
diawal cerita.
"Umat manusia selamanya
berutang budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena fungi
melahirkan kehidupan buat kita." -Firas.
Bagaimana? Saya jatuh cinta sejak awal. Itulah
saya, selalu jatuh cinta pada pandangan pertama, bukan setelah kenal lama. Loh,
kok jadi curhat? haha. Itu yang buat saya kepincut sama Partikel. Karena kalau
dari awal saya suka, ya, saya suka. Kalau tidak, ya, tidak. Sama halnya dengan
membeli baju. Biar hanya sekilas, sekelebat mataku memandang, kalau ada medan magnet di sana, saya akan menajamkan fokus mata pada
baju itu. Satu dari ratusan baju yang terpampang, itu yang saya pilih. Walaupun
saya sudah bolak-balik mengitari toko, saya tetap pada pilihan yang sama. Wong wis witing tresno, kok. Haha.
Berpindah dari pembahasan baju ke fungi. Saya
kagum dengan ilmu pengetahuan alam yang dituangkan dalam novel ini. Ilmu yang
tidak saya dapatkan dari pelajaran IPA di bangku SD sampai SMA itu. Semua
kata-kata sains berputar berantakan tapi tetap jelas di kepalaku.
Hebatnya, Partikel adalah novel pertama yang bisa membuat saya menganggurkan secangkir kopi.
Kalau saya sedang mencerna kalimat atau sedang berpikir, saya pasti memandang
ke arah lain. Di situlah saya sadar bahwa tadi saya menyeduh kopi dan kopi itu
sekarang sudah dingin.
Dan Partikel jugalah yang membuat saya lupa
bahwa kopi sudah habis. Berulang kali tanganku refleks hendak meraih cangkir
yang kopinya sudah tandas dari tadi. Ya, sebegitu parahnyalah ia menarik fokus
perhatianku.
Tapi tetap saja ada bagian di mana saya kurang
suka dengan adegannya. Seperti saat setting
tempat di Tanjung Puting. Saya kurang suka pembahasan wildlife dan fotografinya. Menurutku yang membuat kuat dan yang
menjadi pemegang kunci kesuksesan novel ini ya hanya Bukit Jambul, fungi,
Firas, dan temuan-temuan serta segudang rahasianya.
Pertengahan novel membosankan. Apa lagi saya
kurang suka saat setting tempat di
London. Saya hanya suka bagian awal dan akhir.
Kata-kata sains, saya jatuh cinta padanya.
Partikel banyak memberikan pelajaran. Eits! Tapi harus tetap hati-hati
membacanya. Kenapa? Karena bagi pembaca yang tidak cerdas menurutku akan
gampang terpengaruh dengan teori-teorinya. Yang tidak kuat imannya bisa jadi
atheis. Jangan tertawa ya, saya seriusan. Pemeran utama memang atheis. Selalu
bertanya-tanya tentang kehidupan. Kata lainnya adalah tokoh-tokoh tertentu
menuhankan Fungi, ya, Jamur!! Aneh, ya? Sebenarnya tidak kalau kamu sudah baca
dan tahu seberapa hebatnya jamur itu ada. Tak jarang saya berkata, "iya
juga ya?" bukannya itu sudah berarti saya mulai menyetujui
pernyataan-pernyataan itu? Tapi ingat gaees... jamur itu juga ada penciptanya
*pasang muka serius
Tapi, tenang... novel ini tetap layak baca. Recomended banget malah! Banyak hal-hal
baru tak terduga, tak terpikirkan, bahkan cenderung diabaikan.
Banyak pembahasan tentang berbagai nama fungi,
seperti Psylocybe Cubensis dan Amanita
Muscaria. Ada juga meditasi, enteogen, portal, crop circle, alien, alam Bardo, Iboga,
agama Bwiti, shaman, ley lines, dan masih buanyaak lagi yang
lain. Saya sampai pusing
mengingatnya.
Satu hal lagi yang saya suka. Apakah kamu tahu
dan pernah lihat (pastinya sering, ya) jamur yang ada dalam dongeng maupun film
disney? Itu loh... yang warna
tudungnya merah dengan bintik-bintik putih. Yang sering dianggap tempat tinggal
bagi peri. Kita tentu sudah akrab dong dengan jamur itu sejak masih kecil. Eh,
ternyata ada hal lain yang mengejutkan tentang jamur bernama latin Amanita Muscaria itu. Mau tahu apa? Baca saja
sendiri. Hehe...
Kembali dengan apa yang saya bahas di paragraf
pertama tadi. Apa sih kejutan di akhir ceritanya? Begini... di bab terakhir (keping 42) ada sedikit pembahasan tentang Petir (serial
Supernova ke 3, Partikel kan ke 4). Saya sangat senang karena Petir adalah seri
lain yang menjadi favoritku. Tapi ada hal lain yang lebih mengejutkan. Dalam
bab yang singkat itu dikisahkan tentang pertemuan (Elektra dan Bodhi) Petir dan Akar!! Waw!! Mereka bertemu?!
Saya jadi kelabakan lebih mirip kesurupan.
Betapa tidak sabarannya ingin membaca episode Akar (yang saya belum punya).
Dari kisahnya, mungkin Akar akan menjadi seri favoritku juga.
Jadi tidak sabar menunggu tahun depan (semoga
iya), menunggu Intelegensi Embun Pagi. Seri terakhir Supernova. Kabar-kabarnya
di episode terakhir itu semua tokoh akan bertemu. Wah, gak kebayang bagaimana
pertemuan yang akan meledak itu nanti. Saya berharap novel itu tidak akan
terbakar saat saya membacanya. Ya yaa...
So... ayo baca Partikel. Recomended banget dari saya. Semoga kamu gak jadi atheis ya.
Astagfirullah...
Selamat membaca.*ET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar