Selasa, 02 Juni 2015

Keagungan Partikel





Kunyahan ubi ungu bersaus madu sudah berhasil kutelan. Dua detik kemudian saya tercekat. Untung saja ubi itu sudah tertelan sempurna, andai masih sementara berada di tenggorokan, pasti saya akan tersedak. Waktu itu saya sedang membaca novel Supernova: Partikel yang sudah sampai di penghujung penghabisan. Ada kejutan di sana. Sama sekali tak kuduga!

Mungkin saya akan menceritakan sejarahnya dulu. Partikel adalah serial Supernova ke empat (karya Dee). Saya punya yang lain. Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh; Petir; dan Gelombang. Dari tiga novel itu, Partikel adalah yang terakhir saya beli. Karena koleksiku awut-awutan, membacanya pun jungkir balik. Tapi untungnya setiap seri punya cerita yang berdiri sendiri, walaupun tetap ada yang saling menghubungkan antar buku. Tinggallah Akar yang belum saya miliki.

Mungkin kamu bertanya, apa sih Partikel? Kenapa judulnya Partikel? Di bagian akhir cerita juga saya baru tahu apa itu Partikel. Partikel adalah unsur terhalus dalam setiap benda.

Setelah membaca, saya bisa menilai. Petir dan Partikel adalah seri yang paling mengesankan untuk saya. Berhubung kali ini sedang membahas Partikel, jadi saya akan lebih fokus pada Zarah. Siapa itu Zarah? Zarah adalah pemeran utama dalam Partikel. Selain itu, ada juga Fungi. Siapa itu Fungi? Hehehe... saya ngaco. Kamu tahu kan kalau Fungi itu Jamur? Ok. Apa hubungannya Zarah dan jamur?

Yang pertama sekali yang membuat saya tertarik adalah kutipan seperti ini:

"Jangan pisahkan dirimu dari binatang," pesannya. "Kamu lebih dekat dengan mereka daripada yang kamu bayangkan," lanjutnya lagi.

"Biar apa, Ayah?"

"Biar kamu tidak sombong jadi manusia." ujarnya sambil tersenyum.

Selain itu ada kutipan lain yang juga masih diawal cerita.

"Umat manusia selamanya berutang budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena fungi melahirkan kehidupan buat kita." -Firas.

Bagaimana? Saya jatuh cinta sejak awal. Itulah saya, selalu jatuh cinta pada pandangan pertama, bukan setelah kenal lama. Loh, kok jadi curhat? haha. Itu yang buat saya kepincut sama Partikel. Karena kalau dari awal saya suka, ya, saya suka. Kalau tidak, ya, tidak. Sama halnya dengan membeli baju. Biar hanya sekilas, sekelebat mataku memandang, kalau ada medan magnet di sana, saya akan menajamkan fokus mata pada baju itu. Satu dari ratusan baju yang terpampang, itu yang saya pilih. Walaupun saya sudah bolak-balik mengitari toko, saya tetap pada pilihan yang sama. Wong wis witing tresno, kok. Haha.

Berpindah dari pembahasan baju ke fungi. Saya kagum dengan ilmu pengetahuan alam yang dituangkan dalam novel ini. Ilmu yang tidak saya dapatkan dari pelajaran IPA di bangku SD sampai SMA itu. Semua kata-kata sains berputar berantakan tapi tetap jelas di kepalaku.

Hebatnya, Partikel adalah novel pertama yang bisa membuat saya menganggurkan secangkir kopi. Kalau saya sedang mencerna kalimat atau sedang berpikir, saya pasti memandang ke arah lain. Di situlah saya sadar bahwa tadi saya menyeduh kopi dan kopi itu sekarang sudah dingin.

Dan Partikel jugalah yang membuat saya lupa bahwa kopi sudah habis. Berulang kali tanganku refleks hendak meraih cangkir yang kopinya sudah tandas dari tadi. Ya, sebegitu parahnyalah ia menarik fokus perhatianku.

Tapi tetap saja ada bagian di mana saya kurang suka dengan adegannya. Seperti saat setting tempat di Tanjung Puting. Saya kurang suka pembahasan wildlife dan fotografinya. Menurutku yang membuat kuat dan yang menjadi pemegang kunci kesuksesan novel ini ya hanya Bukit Jambul, fungi, Firas, dan temuan-temuan serta segudang rahasianya.

Pertengahan novel membosankan. Apa lagi saya kurang suka saat setting tempat di London. Saya hanya suka bagian awal dan akhir.

Kata-kata sains, saya jatuh cinta padanya. Partikel banyak memberikan pelajaran. Eits! Tapi harus tetap hati-hati membacanya. Kenapa? Karena bagi pembaca yang tidak cerdas menurutku akan gampang terpengaruh dengan teori-teorinya. Yang tidak kuat imannya bisa jadi atheis. Jangan tertawa ya, saya seriusan. Pemeran utama memang atheis. Selalu bertanya-tanya tentang kehidupan. Kata lainnya adalah tokoh-tokoh tertentu menuhankan Fungi, ya, Jamur!! Aneh, ya? Sebenarnya tidak kalau kamu sudah baca dan tahu seberapa hebatnya jamur itu ada. Tak jarang saya berkata, "iya juga ya?" bukannya itu sudah berarti saya mulai menyetujui pernyataan-pernyataan itu? Tapi ingat gaees... jamur itu juga ada penciptanya *pasang muka serius

Tapi, tenang... novel ini tetap layak baca. Recomended banget malah! Banyak hal-hal baru tak terduga, tak terpikirkan, bahkan cenderung diabaikan.

Banyak pembahasan tentang berbagai nama fungi, seperti Psylocybe Cubensis dan Amanita Muscaria. Ada juga meditasi, enteogen, portal, crop circle, alien, alam Bardo, Iboga, agama Bwiti, shaman, ley lines, dan masih buanyaak lagi yang lain. Saya sampai pusing mengingatnya.

Satu hal lagi yang saya suka. Apakah kamu tahu dan pernah lihat (pastinya sering, ya) jamur yang ada dalam dongeng maupun film disney? Itu loh... yang warna tudungnya merah dengan bintik-bintik putih. Yang sering dianggap tempat tinggal bagi peri. Kita tentu sudah akrab dong dengan jamur itu sejak masih kecil. Eh, ternyata ada hal lain yang mengejutkan tentang jamur bernama latin Amanita Muscaria itu. Mau tahu apa? Baca saja sendiri. Hehe...

Kembali dengan apa yang saya bahas di paragraf pertama tadi. Apa sih kejutan di akhir ceritanya? Begini... di bab terakhir (keping 42) ada sedikit pembahasan tentang Petir (serial Supernova ke 3, Partikel kan ke 4). Saya sangat senang karena Petir adalah seri lain yang menjadi favoritku. Tapi ada hal lain yang lebih mengejutkan. Dalam bab yang singkat itu dikisahkan tentang pertemuan (Elektra dan Bodhi) Petir dan Akar!! Waw!! Mereka bertemu?!

Saya jadi kelabakan lebih mirip kesurupan. Betapa tidak sabarannya ingin membaca episode Akar (yang saya belum punya). Dari kisahnya, mungkin Akar akan menjadi seri favoritku juga.

Jadi tidak sabar menunggu tahun depan (semoga iya), menunggu Intelegensi Embun Pagi. Seri terakhir Supernova. Kabar-kabarnya di episode terakhir itu semua tokoh akan bertemu. Wah, gak kebayang bagaimana pertemuan yang akan meledak itu nanti. Saya berharap novel itu tidak akan terbakar saat saya membacanya. Ya yaa...

So... ayo baca Partikel. Recomended banget dari saya. Semoga kamu gak jadi atheis ya. Astagfirullah...

Selamat membaca.*ET

Tidak ada komentar:

Posting Komentar