“Apa
sih malam Nisfu Sya’ban itu?”
“Itu
loh... yang heboh di media sosial ituu... masa kamu gak tahu, sih?”
Nah, percakapan di atas
itu punya siapa coba? Oke, abaikan saja. Yang perlu dibahas adalah tentang
malam Nisfu Sya’ban.
Nisfu Sya’ban adalah
peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya’ban) dari kalender Islam. Hari
ini juga dikenal sebagai Laylatul Baraa’ah atau Laylatun Nisfe min Sha’ban di
dunia Arab. Nama-nama ini diterjemahkan menjadi “malam pengampunan dosa”, “malam
berdoa”, dan “malam pembebasan”. Dan seringkali diperingati dengan berjaga
sepanjang malam untuk beribadah. (hasil dari ngegoogling barusan, hehehe). Kali ini lebih fokus ke media sosial
BlackBerry Messenger.
Di saat para kontak BBM
sibuk menghamburkan broadcast ke sana
ke sini, saya malah menindih HP dengan bantal, ribut dengan suara PING!!!-nya
(sebenarnya bisa di-silent, sih).
Saya lalu keluar kamar, sibuk mendiskusikan agenda puasa besok bareng para
tetangga. Ya, kita puasanya janjian, sahur juga janjian, lauknya apa juga
janjian.
Saya memang awalnya
tidak begitu tahu dan paham tentang Nisfu Sya’ban ini. Saya tahu bahwa hal itu
jatuh pada malam ini juga dari status-status di BBM. Sebegitu polosnyalah.
Satu saja yang saya herankan sekaligus jadi topik penting pembahasan kali ini.
Kenapa di malam Nisfu Sya’ban mereka-mereka, manusia-manusia baru saling
berebutan memohon maaf? Hari-hari sebelumnya, malam-malam sebelumnya pada
ngapain?? Justru di malam terakhir penutupan buku amal baru getol meminta maaf.
Harusnya minta maaf itu
dilakukan sesegera mungkin dan kapanpun kan? Bagaimana kalau waktumu tidak
sampai pada malam Nisfu Sya’ban, sementara kamu belum meminta maaf? (tapi bukan
berarti harus broadcast minta maaf
setiap hari, nah. Peace...!) Saya
memang tidak ikutan mem-BC dan mengganti PM tentang Nisfu Sya’ban, tapi bukan
berarti saya mengabaikan. Saya malah sangat merenunginya. Bayangin aja, buku
amalan ditutup! Akan berganti dengan yang baru. Saya merasa lemas sekaligus
mengira-ngira, mana ya yang lebih banyak, amalan baik atau buruk? Tapi seberapa
cermatnya manusia menghitung, pasti tidak bisa menghitung hal semacam itu
dengan akurat.
Ya, oke lah. Kita punya
persepsi masing-masing. Saya juga tidak menyalahkan yang meminta maaf di malam
ini, tentu itu hal yang baik untuk dilakukan. Saya hanya heran saja. Eits!
Bukannya sok suci loh... sekali lagi, bukannya saya sok suci! Saya juga masih
polos, gak ngerti banyak. Saya cuma mengungkapkan saja. Oke...
Selamat menyambut Hari
Raya Idul Fitri. Maafkanlah saya yang banyak salah ini.
(Tulisan ini ditulis
pada malam Nisfu Sya’ban, di sela-sela perenungan dan doa-doa. Semoga berkah,
amin...)*ET
artikelnya sangat menarik untuk dibaca sis, benar² saya sangat setuju sekali dengan pendapat anda, hehehe
BalasHapushehe.. terima kasih sudah mampir membaca :)
BalasHapus