Senin, 01 Juni 2015

Malam Nisfu Sya'ban



“Apa sih malam Nisfu Sya’ban itu?”

“Itu loh... yang heboh di media sosial ituu... masa kamu gak tahu, sih?”

Nah, percakapan di atas itu punya siapa coba? Oke, abaikan saja. Yang perlu dibahas adalah tentang malam Nisfu Sya’ban.

Nisfu Sya’ban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya’ban) dari kalender Islam. Hari ini juga dikenal sebagai Laylatul Baraa’ah atau Laylatun Nisfe min Sha’ban di dunia Arab. Nama-nama ini diterjemahkan menjadi “malam pengampunan dosa”, “malam berdoa”, dan “malam pembebasan”. Dan seringkali diperingati dengan berjaga sepanjang malam untuk beribadah. (hasil dari ngegoogling barusan, hehehe). Kali ini lebih fokus ke media sosial BlackBerry Messenger.

Di saat para kontak BBM sibuk menghamburkan broadcast ke sana ke sini, saya malah menindih HP dengan bantal, ribut dengan suara PING!!!-nya (sebenarnya bisa di-silent, sih). Saya lalu keluar kamar, sibuk mendiskusikan agenda puasa besok bareng para tetangga. Ya, kita puasanya janjian, sahur juga janjian, lauknya apa juga janjian.

Saya memang awalnya tidak begitu tahu dan paham tentang Nisfu Sya’ban ini. Saya tahu bahwa hal itu jatuh pada malam ini juga dari status-status di BBM. Sebegitu polosnyalah. Satu saja yang saya herankan sekaligus jadi topik penting pembahasan kali ini. Kenapa di malam Nisfu Sya’ban mereka-mereka, manusia-manusia baru saling berebutan memohon maaf? Hari-hari sebelumnya, malam-malam sebelumnya pada ngapain?? Justru di malam terakhir penutupan buku amal baru getol meminta maaf.

Harusnya minta maaf itu dilakukan sesegera mungkin dan kapanpun kan? Bagaimana kalau waktumu tidak sampai pada malam Nisfu Sya’ban, sementara kamu belum meminta maaf? (tapi bukan berarti harus broadcast minta maaf setiap hari, nah. Peace...!) Saya memang tidak ikutan mem-BC dan mengganti PM tentang Nisfu Sya’ban, tapi bukan berarti saya mengabaikan. Saya malah sangat merenunginya. Bayangin aja, buku amalan ditutup! Akan berganti dengan yang baru. Saya merasa lemas sekaligus mengira-ngira, mana ya yang lebih banyak, amalan baik atau buruk? Tapi seberapa cermatnya manusia menghitung, pasti tidak bisa menghitung hal semacam itu dengan akurat.

Ya, oke lah. Kita punya persepsi masing-masing. Saya juga tidak menyalahkan yang meminta maaf di malam ini, tentu itu hal yang baik untuk dilakukan. Saya hanya heran saja. Eits! Bukannya sok suci loh... sekali lagi, bukannya saya sok suci! Saya juga masih polos, gak ngerti banyak. Saya cuma mengungkapkan saja. Oke...

Selamat menyambut Hari Raya Idul Fitri. Maafkanlah saya yang banyak salah ini.


(Tulisan ini ditulis pada malam Nisfu Sya’ban, di sela-sela perenungan dan doa-doa. Semoga berkah, amin...)*ET

2 komentar:

  1. artikelnya sangat menarik untuk dibaca sis, benar² saya sangat setuju sekali dengan pendapat anda, hehehe

    BalasHapus
  2. hehe.. terima kasih sudah mampir membaca :)

    BalasHapus