Kamis, 26 Juni 2014

Black Coffee


Bicara tentang Kopi. Berarti bicara tentang cita rasanya yang pahit. Kalau ingat kopi jadi pengen ke Venesia, kota perdagangan kopi di era awal masuknya kopi di Eropa. Atau ke Kafe Royal, salah satu kedai kopi pertama di London. Pengen juga menikmati kopi Nescafe, yang dikomersialkan pertama kali pada tahun 1938 di Swiss (jujur, pengen banget nyoba).
Kopi hitam, why not?
Kopi hitam. Kopi paling original yang pernah ada. Toh dari sononya yang namanya kopi itu memang berwarna hitam. Tanpa campuran susu, coklat, karamel, mocca, de el el.
Pernah ada temen yang protes. Di suatu malam pertengahan bulan April lalu, kita pergi ke kedai kopi bareng-bareng. Di sana hanya aku perempuan bersama lima orang temen cowok. Tentu di sana hanya aku yang paling cantik, dong (hehe). Dari berbagai sajian minuman kopi, aku memesan kopi hitam. Kalimat-kalimat protes dari para cowok itu mulai menerpaku silih berganti.
Tampaknya mereka agak terkejut dengan apa yang aku pesan. Jarang lho ada cewek suka minum kopi hitam, mungkin itu yang mereka pikirkan. Bahkan kata mereka, aku ini seperti bapak-bapak, seperti orang tua. Nah lho, emang salah? Emang kopi diciptain cuma buat kaum lelaki, bapak-bapak, dan orang tua? Yah, mungkin memang kopi identik seperti itu. Tapi gak ada larangan tertulis kan buat para kaum hawa? Untung aja aku gak pesan kopi hitam+pahit. Bisa-bisa aku disuruh pulang, hehe.
Banyak komentar dari para lelaki seperti tetangga, saudara, teman dan yang sok kenal, ngucapin: “kerenn...cewek suka kopi!” sambil ngacungin dua jempol (y) (y) perasaan biasa aja tuh :p menurutku ini bukan karena hasil gendernisasi lho!
Cara menikmati
Waktu itu aku sedang menyeduh kopi Tora Bika di kamar kostku. Aroma kopi semerbak ke mana-mana. Seorang tetangga yang lewat sambil nyeletuk. “Kenapa ko harus seduh kopi dengan air panas? Toh, nanti ko akan minum kalau sudah dingin.” Kata-kata yang cukup singkat. Seperti angin lalu. Yang berkata itu tadi juga seperti hanya asal nyeplos. Dia langsung pergi (memang niatnya cuma lewat).
Tapi perkataan itu tadi membuat aku termenung cukup lama. Aku memandangi asap yang meliuk anggun dari cangkir itu. Aku memang suka meminum kopi ketika nyaris dingin atau benar-benar sudah dingin. Aku tidak pernah sengaja melakukan itu, semua terjadi begitu saja. Cara menikmati kopi setiap orang tentu berbeda-beda. Menurutku mungkin kopi dan minuman panas lainnya (seperti teh) sengaja diseduh dengan air panas agar aromanya bisa keluar dan rasanya lebih nikmat.
Ada nih kutipan dari film Milli dan Nathan "Cinta itu seperti KOPI panas... paling enak diminum saat panas, tapi resikonya cepat habis. Biar gak cepat habis, ya diminumnya pelan-pelan. Tapi resikonya jadi keburu dingin..." J Ada juga kisah tentang seorang lelaki yang suka minum kopi hitam pahit. (aku lupa dari mana sumbernya). Dia sengaja melakukan itu. Dia tidak suka mencampurkan gula atau pemanis pada sesuatu yang memang sudah ditakdirkan untuk pahit. Mantap!
Masalah mau dinikmati dengan cara seperti apa itu tergantung masing-masing pribadi. Kita kan memiliki frame yang berbeda. Entah dinikmati dengan sekaleng biskuit ataupun roti. Atau...mau menikmati kopi hasil dari Pot Vakum (salah satu alat yang dapat digunakan untuk merebus biji kopi). Up to you. Yang penting kenikmatan kopi itu tetap terjaga. Tetap berasa pahit di lidah hingga meluncur lewati kerongkongan.*ET


Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi

2 komentar: